Papsmear masih awam di kalangan Perempuan
Hingga saat ini sebagian besar
perempuan Indonesia relatif masih awam terhadap pentingnya “papsmear” atau
pemeriksaan apusan lendir rahim untuk mendeteksi secara dini kemungkinan
dirinya terserang kanker leher rahim.
Papanikolaou test atau Papsmear
adalah metode screening ginekologi,
dicetuskan oleh Georgios Papanikolaou, untuk menemukan
proses-proses premalignant dan malignant di ectocervix, dan infeksi
dalam endocervix dan endometrium. Pap smear digunakan untuk mendeteksi kanker rahim
yang disebabkan oleh human papillomavirus atau HPV.
Kanker Leher Rahim adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim (serviks) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama (vagina). Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi 95% kasus ditemukan HPV (Human Pappiloma Virus) positif. Kanker Leher Rahim merupakan kanker peringkat pertama angka kejadian kanker di Indonesia.
Kapan Melakukan Pap Smear?
Untuk menghindar terjangkit dari penyakit ini,
ada baiknya tiap wanita memeriksakan dirinya (melakukan pap smear) minimal 1-2
tahun sekali terutama bagi wanita yang sudah menikah atau yang telah melakukan hubungan
seksual. Jika selama 3 tahun berturut-turut hasilnya normal, secara otomatis
dokter akan mengurangi frekuensinya.
Berdasarkan informasi yang didapatnya dari YKI
dan Golin Harris, Sigi mengetahui, kanker serviks merupakan penyebab kematian
nomor dua di dunia pada wanita. Penyakit yang disebabkan HPV ini berkembang di
mulut rahim dan seringkali diketahui keberadaannya apabila sudah berada di
stadium lanjut (setelah virus tersebut berkembang sekitar 10-20 tahun di mulut
rahim). Oleh karena itulah, penyakit ini disebut sebagai silent killer ,
karena gejalanya yang baru bisa diketahui setelah si Penderita berada di
stadium lanjut.
Lakukan Papsmear secara rutin agar
Kanker Leher Rahim lebih cepat ditemukan dan lebih besar kemungkinan sembuh.
Waspadai Gejala
Gejala
pada tahap pra kanker /dini biasanya belum timbul. Kalaupun timbul, biasanya
berupa keluar keputihan yang tidak khas. Pada tahap selanjutnya dapat ditemukan
gejala seperti :
- Perdarahan pervagina paskasenggama atau spontan di luar haid.
- Keputihan yang berulang, bau, gatal, atau panas.
- Nyeri di panggul, pinggang, dan tungkai.
- Gangguan berkemih dan pembesaran ginjal.
- Nyeri di kandung kemih dan rektum atau anus.
- Penurunan berat badan secara drastis.
- Perdarahan sesudah menopause.
Sebenarnya ada cara yang bisa dilakukan untuk bisa terbebas dari penyakit
ini. Yakni sebagai berikut:
1. Tes Pap (Pap smear)
Menurut dr. Yurni Satria, M.Phil., dari Yayasan Kanker Indonesia, pap smear adalah salah satu pemeriksaan untuk melihat apakah terjadi sel-sel abnormal, pra kanker, atau infeksi di leher rahim dengan cara mengambil lendir di leher rahim.
Menurut dr. Yurni Satria, M.Phil., dari Yayasan Kanker Indonesia, pap smear adalah salah satu pemeriksaan untuk melihat apakah terjadi sel-sel abnormal, pra kanker, atau infeksi di leher rahim dengan cara mengambil lendir di leher rahim.
Prosedur pelaksanaannya sendiri sangatlah mudah, cepat, dan tidak
menyakitkan. Berikut caranya:
- 1-2 minggu setelah haid, pasien (usia 25-60) bisa datang ke dokter patologi dan anatomi atau bidan untuk melakukan pap smear (terutama wanita usia yang aktif berhubungan seksual).
- 1 hari sebelum pemeriksaan, jangan dulu melakukan hubungan seksual dan mencuci vaginanya dengan sabun, gel, dan lain-lain (cukup dengan air bersih), karena dapat mengacaukan hasil tes.
- Saat pemeriksaan, dokter/bidan akan mengambil pusaktan sel yang berada di batasan antara squamous sel dan kolumnar sel (sel kanker lebih senang berada di batasan itu) dengan Aylesbury spatula atau endocervical brush .
- Lalu pusaktan sel diletakkan dalam gelas objek, dicampur dengan alkohol 70 persen, diberi pewarna, dan dikirim ke laboratoriun patologi dan anatomi.
- Hasil pemeriksaan biasanya akan keluar setelah 1-2 minggu dan selama itu pun pasien bisa beraktivitas seperti biasa.
Apabila hasil pemeriksaan papsmear positif, yaitu
terdapat sel-sel yang tidak normal, sebaiknya konsultasi kepada petugas
kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.
Dokter/bidan pastinya akan langsung melakukan tindakan pengobatan.
2. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
Cara ini bisa dilakukan oleh dokter, bidan, atau
paramedik. Alat dan bahan yang digunakan hanyalah speculum vagina, asam asetat
3-5 persen, kapas lidi, dan meja pemeriksaan. Apabila dalam pulasan terjadi
perubahan warna asam asetat (bercak putih), kemungkinan ada kelainan tahap
prakanker serviks.
3. Kolposkopi
Pemeriksaan mulut rahim dengan menggunakan kamera pembesar.
4. Vaksin HPV
Yaitu dengan memasukkan serum antibodi ke dalam
tubuh. Yang dimasukan adalah bagian dari virus HPV yaitu kulit/cangkang yang
telah dipurifikasi dan dilarutkan dalam cairan tertentu sehingga merangsang
tubuh untuk memproduksi antibodi atau zat kekebalan tubuh terhadap APV.
Pemberian vaksin dilakukan 3 kali, yakni di bulan
0, kedua, dan keenam (quadrivalent HPV vaksin yang dapat memberikan proteksi
HPV tipe 16, 18 dan 6, 11 dari 100 tipe yang ada). Vaksin ini sudah beredar di
Indonesia, hanya saja belum masuk dalam program Imunisasi Nasional.
** Wdj **
** Wdj **
Sumber : YKI (Yayasan Kanker
Indonesia), Pusat Promosi Kesehatan Indonesia, Wikipedia
bahasa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar