Dharma Wanita Persatuan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kalimantan Bagian Timur. Sekretariat: Jalan Jenderal Sudirman 546, Balikpapan Kalimantan Timur.

Jumat, 30 Agustus 2013

Kaftan di Bulan Syawal 1434 Hijriah



Selepas berpuasa Romadlon sebulan penuh ditambah libur sekolah nan panajang, kami pengurus dan anggota Dharma Wanita Bea dan Cukai Kalimantan Timur mengadakan perteman rutin.
Acara yang dilaksanakan tanggal 28 Agustus 2013, jam 09.00 wita di lantai 2 Aula Kanwil Bea dan Cukai Kalimantan Timur diawali dengan pengajian. Pengajian dengan tema halal bi halal dan tanya jawab seputar ilmu agama Islam di sampaikan oleh Ust. Salam Yuci.
 Lanjut acara inti yang di buka oleh Ibu Lies Yossi Indarto Ketua Dharma Wanita) dan presentasi dana beasiswa oleh Ibu Wulan Djanurindro (Waket). Ibu Lies menyampaikan prakata pula untuk Ibu Septi Ade yang akan pindah ke Jakarta.
 Pertemuan kali ini ada acara spesial yaitu lebaran dengan Halal bi halal dan berbagi bea siswa kepada anak-anak yang membutuhkan di lingkungan pegawai .Kantor Bea dan Cukai Balikpapan. Donasi beasiswa diperoleh dari para pengurus Dharma Wanita. 


Perteman bulan Syawal 1434 H ini menjadi berbeda dengan penampilan ibu-ibu yang hadir dengan berbusana Kaftan dengan bermacam warna. Ibu Lies dan Ibu Wulan memberikan doorprise khusus bagi ibu-ibu yang hadir karena berpakaian Kaftan, pakaian khas Timur Tengah. Beginilah penampilan Ibu-Ibu yang hadir dengan mengenakan Kaftan beraneka warna.

Demikian berita yang kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami tim redaksi mohon maaf lahir batin.
Taqobalallahu minna waminkum, siyamana wa siyamakum.

By SW




Sabtu, 24 Agustus 2013

Jelajah Hutan Sangkima Taman Nasional Kutai

               

Hutan Lindung....
Begitu indahnya kehangatan dan keakraban alam
 Pohon dan rumput menyambutku dengan tarian  
Kerikil-kerikil tersenyum melihatku datang
Sentuhan sang mentari
desahan angin yang bertiup
Suara-suara binatang-binatang kecil bersautan
Tuhan, betapa indahnya semua ini
Izinkan aku bercengkrama dengan mereka
Dibawah langit Mu nan biru
Untuk mensyukuri setiap detik nikmat dan karunia Mu.


Akhir libur lebaran bulan Agusts 2013 lalu, penulis dan anak-anak diajak suami ke tempat tugas yang baru, Sangata. Di sana ada Pohon Ulin berusia 1 millenium. Kami dari Balikpapan menuju Sangatta dengan perjalanan darat kurang lebih 6-7 jam perjalanan. Bila dengan pesawat dari Balikpapan ke Sangata hanya 1 jam perjalanan udara. Kami menginap dulu di rumah dinas Bea Cukai Sangatta, kemudian akan pergi ke Hutan Sangkima Sabtu siang.



Sabtu siang kami pergi jam 12.00 wita dari Sangata menuju Hutan Sangkima di Jl. Awang Long Tromol Pos 1 Bontang. Lokasinya kanan jalan arah Sangata menuju Bontang, lama perjalanan 30 menit. Setiba disana kami sholat dluhur di Mushola di lokasi tersebut. Kemudian kami beli tiket masuk. Harga tiket @ orang Rp 1.500,00 dan bawa camera dikenakan tiket Rp 3.000,00. Di loket tersebut juga menjual sovenir khas Taman Wisata Hutan Sangkima juga brosure-brosure tentang Wisata Hutan Sangkima (gratis). Sebelum melanjutkan masuk Hutan Sangkima, sebaiknya perhatikan peta besar di samping loket. Serta bekal makanan dan minuman yang cukup.







Kami memulai perjalanan memasuki Hutan Wisata Sangkima, jalanannya terbuat dari papan-papan 
kayu  ulin berjejer. Sepanjang jalan ini menurun dan landai. Setelah beberapa meter kami harus menyeberangi sungai dengan jembatan yang pijakannya juga terbuat dari papan-papan kayu ulin dan
pegangan pada tali di samping kanan kiri kami.
Setelah jembatan, kami berjalan menyusuri papan-papan ulin yang menurun hingga beberapa meter kemudian kami sampai pada Icon Hutan Wisata Sangkima " Pohon Ulin Usia 1 millenium". Pohon Ulin Eusideroxylon zwageri adalah pohon unggulan dan memiliki peranan penting dalam ekosistem Taman Nasional Kutai Hutan Sangkima. Pohon ini hanya bisa tumbuh di huan dataran rendah primer dan sekunder hingga ketinggian 500m. Sedangkan di dunia, pohon ulin hanya terdapat di Indonesia, Malaysia, dan Philipina.
Tinggi pohon ullin umuTaman mnya 20-30 meter dengan diameter 60-120 cm. Namun pada habitat yang sesuai dapat mencapai diameter 2,47 meter seperti yang terdapat diobyek wisata Sangkima, Nasional Kutai. Tumbuhnya terpencar ataupun mengelompok dalam hutan campuran, tetapi sangat jarang di jumpai di rawa.






Biji Ulin membutuhkan waktu yang lama untuk berkecambah bahkan hingga satu tahun dalam kondisi ternaungi. Sehingga perlu campur tangan manusia dalam membantu pertumbuhan biji ulin tersebut dengan melakukan penanaman pada areal-areal terbuka dan perlakuan-perlakuan yang memungkinkan anakan ulin tumbuh dengan baik.
 Dari Pohon Ulin tersebut masih ada jalan ke arah kanan, kami melanjutkan perjalanan. Ada juga beberapa pengunjung yang kembali ke jalan semula untuk pulang. Ternyata jalan yang kami pilih hanya beberapa meter saja yang berpapan ulin. Belok kekanan adalah jalan setapak dan agak becek. Kami  mengikuti terus jalanan setapak tersebut karena memang tidak ada jalan lain atau jalan pintas untuk melanjutkan keliling Hutan Sangkima.

Kemudian sampailah kami pada jembatan ke 2 untuk melewati sungai, balok-balok kecil ulin yang dikait dengan jarak yang sama namun tidak rapat satu sama lain sehingga kami haris melangkah lebar-lebar untuk melewatinya. Sangat menantang, terutama buat anak kami yang bungsu belum genap 7 tahun. Beberapa meter kedepan ada jembatan yang dipenuhi pohon dan ranting-ranting serta tanaman merambat. Namun sekarang sudah tidak banyak lagi tanaman-tanaman di sekitarnya.


Selanjutnya jalanan yang kami lalui makin naik tajam yang datar hanya beberapa langkah kemudian naik lagi hingga ketemu tempat istirahat. Kami istirahat sebentar untuk minum. Jalan lagi setelah beberapa meter akhirnya kami menemui turunan, namun tajam dan tidak rata seperti bekas aliran air kecil. Tetapi tidak becek karena cuaca cerah.Selama perjalanan yang sangat menantang tersebut membuat jantung kita memompa udara lebih cepat. Udara di hutan sangat menyegarkan dan jauh dari polusi.
Sampailah kami di Pemandian 7 Putri, namun airnya sedang sedikit mengalir. kemudian kami berjalan lagi melalui jalan setapak yang ternyata searah dengan aliran air dari Pemandian 7 Putri.

Sampailah pada persimpangan yang membingungkan, karena jalan setapaknya tertutup oleh tanaman-tanaman membuat kami ragu melewatinya. dan tidak ada tanda arah. Kami memutuskan menyeberangi aliran air tersebut dan menembus hutan dengan jalanan yang mendaki dan meraba-raba mana jalan setapak dan mana yang tidak. Karena pohon satu dengan yang lain berjarak seperti setapak dan pohon-pohonnya sama jenisnya. Alhamdulillah kami bertemu dengan pengunjung lain yang ternyata sudah pernah datang ke Hutan Sangkima.

Setelah melewati hutan homogen tersebut kami harus melewati jembatan kecil yang terendam air, namun karena cuaca cerah maka airnya pun sedikit sehingga tinggal becek dan berlumpur. Tanahnya jadi licin bila kita melewatinya.Kami harus hati hati dalam memilih pijakan yang kuat dan tidak licin. terutama saya yang harus melaluinya dengan menggendong anak yang bungsu (7 th).
Selanjutnya kami melewati area padang rumput yang luas dan pada papan petunjuk adalah area perkemahan.jalanannya datar sehingga bisa merilekskan badan sebentar. ternyata didepan masih ada jembatan tali yang panjangnya seperti jembatan yang pertama untuk menyeberangi sungai Sangkima.

Terakhir adalah melewati jembatan tali yang kanan kiri kita ada kawat sepanjang jembatan tali tersebut untuk penopang jembatan dan juga pegangan buat pemakai. Kami melewatinya dengan perasaan mengambang karena ketinggiannya dari sungai dan juga cape serta lapar setelah melewati hutan dan jembatan serta jalanan yang naik turun.Alhamdulillah, kami berhasil juga sampai diakhir perjalanan Jelajah Sangkima yaitu di belakang guest house.

Silahkan teman teman mencoba tantangan dengan memasuki hutan Wisata Sangkima. Sekarang depan lokasi hutan tersebut akan dibangun kantor Inhutani yang menjadi penanggung jawab Hutan Wisata tersebut. Semoga menjadi lebih terawat terutama sajian tantangan yang berupa jembatan dan jalan setapaknya.


By SW (*v*)