"Hidup itu akan indah....
dan berbahagia...
apabila..
dalam kegelapan
kita melihat cahaya terang..."
(RA. Kartini)
Karena pemikiran kritisnya, dia cepat memahami bahwa wanita pada zamannya mempunyai pilihan terbatas dan diperlakukan berbeda hanya karena ditakdirkan menjadi wanita, wanita Indonesia, sementara di seberang benua sana, teman-teman wanita Belanda jauh lebih bebas merdeka.
Keprihatinan atas nasib kaumnya serta usahanya untuk mengubah nasib dirinya dan kaumnya terlihat pada cetusan-cetusan pemikiran dalam surat, niatnya memperoleh bea siswa untuk melanjutkan sekolah ke Belanda, usahanya membuat sekolah-sekolah KARTINI di berbagai daerah.
Namun.
Perjuangan itu mesti terhenti oleh takdir, di usia yang sangat belia, 25 tahun, beliau wafat sesaat setelah melahirkan putra pertamanya.
Meskipun demikian.
Seperti halnya sungai yang mempunyai air mengalir tanpa henti, perjuangannyapun tak putus, karena lahir generasi estafet, wanita-wanita muda Indonesai, penerus cita-cita luhurnya.
Ibu-ibu pengurus dan anggota Dharma Wanita Persatuan, mari kita tunjukkan bahwa kita tak menyia-nyiakan perjuangan RA Kartini. Mari membuat dia bangga dengan kesetaraan dan emansipasi yang telah berhasil kita raih dan nikmati.
Mari kita terus hidupkan optimisme RA Kartini, habis gelap terbitlah terang! Door duisternis tot licht!
Salam Emansipasi!
Salam redaksi.
**eO*